Pada umumnya dalam perguruan tinggi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan (S1) harus menyusun yang namanya skripsi. Sama halnya di perguruan tinggi yang aku jadi pijakan untuk menuntut ilmu selanjutnya setelah tamat SMU. Sudah sejak semester 7 aku sudah mulai menyusun skripsi, dengan yang sekarang berarti menjadi dua semester. Satu semester aku hanya berkutat kebingungan yang hanya bisa sekedar meyusun proposal saja, maklumlah dosen pembimbingku termasuk yang dihindari di fakultasku, kiler istilah familiarnya. Pak Asdi biasa dipangil oleh para mahasiswanya. Awal bulan mei 2007 aku mulai melakukan bimbingan skripsi kepada pak Asdi.
Pak Asdi hanya meluangkan waktu konsultasi hari senin dan sabtu itu pun cuma sekitar 2 jam setengah. Iya, itulah mungkin saking sibuknya jadi hanya meluangkan waktu untuk konsultasi hanya sekitar 2 jam, itupun masih di bagi waktunya dengan berbagai mahasiswa dan mahasiswi, tidak hanya aku saja. Saat hari senin itu aku dan teman-temanku yang skripsi dibimbing oleh pak Asdi mulai konsultasi rutin. Saat itu yang awal konsultasi karena kebetulan aku nunggu dari jam 8.30 saat itu pak Asdi keluar dari kelas dia mengajar. Kutunggu di ruang pengajaran karena pak Asdi biasa melayani konsultasi di ruang pengajaran yang di campur dengan ruang yang lain, maklum dia ga pernah singah di ruang kerjanya atau mungkin tidak diberi tempat kerja seperti halnya dosen lain. ya, entahlah aku males nanya-nanya soalnya orangnya berwajah suerem dengan kemeja yang dibuka kancing bajunya paling atas, mirip aktor Bollywood he………………….
Nah, sudah giliran aku untuk konsultasi.
Assalamualikum pak…”maaf pak saya mau konsultasi skripsi. Tanyaku?”
Walaikumsalam……”membalas ucapanku tadi”
Apa yang mau kamu konsultasikan, “Tanya pak Asdi”
Ku jawab dengan tegas dan semangat penelitian marketing berwawasan social pak!”
Diskusipun mulai lebih serius, aku pun sudah bisa menebak diterima atau enggak judul yang aku ajukan.
Tak terasa sudah hampir setengah jam aku konsultasi denganya, akupun mulai bosan dan akhirnya akupun pamit. “cari jurnal lain dan dipelajari ya” pesan terakhir dari pak Asdi untuk mengakhiri konsultasiku pada hari itu. Ku jawab dengan kata ‘terimakasih pak. Setelah itu akupun bergegas menuju tempat peristirahatanku, ku siapkan bahan-bahan dan materi-materi untuk meyusun proposal skripsi. Karena masih dalam suasana yang masih fresh dan semangat serta motivasi yang tinggi maka satu hari selesai aku meyusun proposal skripsiku, hingga malam itu sekitar pukul 23.32 selesai dengan fisik yang lemas karena dari tadi pagi aku belum sarapan nasi. Ya, jadi lemes serta perut yang selalu dangdutan seperti Inul Daratista konser ha……..tertawa teman sebelah kamarku mendengarkan ucapanku tadi.
Dengan udara yang sejuk nan dingin pada malam itu yang seolah menusuk tulang rusukku menyebabkan hidungku keluar air. Ya” seperti ingus. Setelah perutku tidak lagi konser dandut akupun mulai stronge lagi tapi karena waktunya untuk istirahat, setelah sesampai di kamar aku langsung terkapar di atas singasana tidur, terlelaplah aku hingga bermimpi proposal skripsiku diterima atau di sahkan. Ternyata benar selang beberapa hari proposal skripsiku di terima tapi aku tidak merasa bangga karena aku masih kebingungan sana sini, ku tanyalah kepada bunda Istho dosen konsentarasi manajemen karena sudah kuanggap seperti Ibuku sendiri maka tak masalah bagiku karena beda konsentarasi. Setelah ku Tanya naglor ngidul ternyata proposalku masih banyak yang salah baik dari segi penulisan dan ketajaman dari indikator-indikator penelitianya. Aku pun tak begitu aja putus semangat, kemudian giliran ke pak Dekan Fakultas Ekonomi untuk konsultasi proposal skripsiku. Sama halnya dengan bunda Astuti setelah ngalor ngidul pemcicaraan dengan hasil yang sama yaitu masih banyak yang salah baik dari segi penulisan maupun ketajaman dari indicator penelitian.
Akhir, skripsiku terhenti hingga akhir semester pertamaku dengan hasil yang tidak memuaskan. Aku pun mengambil inisiatif untuk mencari solusi yang tepat dan keputusanku ganti dosen pembimbing. Setelah aku lobi sana sini di berbagai dosen yang ada di fakultas ekonomi akhirnya keinginanku untuk ganti dosen akhirnya tercapai, tapi karena pemilihan dosen pembimbing di lakukan oleh program studi manajemen maka aku harus menunggu sekitar 1-2 mingguan. Dengan hati berdebar-debar memikirkan kira-kira siapa dosen yang jadi pembimbingku, akhirnya waktu pengumuman pun tiba. Dan rasa syukur akhirnya keluar dari hatiku karena dosen pembimbing skripsiku sesuai dengan harapanku yang jatuh pada pak Anwar. Aku di posisi pertama di daftar nama-nama mahasiswa yang skripsinya dibimbing oleh pak Anwar, dan saat itu pun aku ketawa terbahak-bahak karena di daftar nama yang ketiga terpampang nama temanku cewek yang berparas wajah cantik, manis, bawel dan baik hati. Ernawati Liagustin nama lengkapnya orang Jember. Ya, boleh dibilang salah satu anak pengusaha gula di Jember Jawa Timur. Lalu akupun ambil handphone antiqku, mulai ku ketik kata demi kata akhirnya berbunyi
“Na, kamu ganti dosen pembimbing skripsi juga ya…?”
“Kamu sekarang dosen pembimbingmu skripsi bareng aku pak Anwar”
Setalah pesan terkirim maka aku langsung bergegas menuju perpustakaan menyiapkan tambahan bahan materi untuk menyusun proposal skrisiku ulang. Dan akhirnya handphone aku berbunyi, setelah ku buka pesan itu ternyata balasan dari Lia.
“Iya, aang aku ganti dosen pembimbing”. “Aku ga tau siapa dosen pembimbingku”
“Soalnya aku belum sempat ke kampus lihat-lihat pengumuman”
“Pak Anwar ya, alhamdulillah bareng to kita skripsinya”.
Lalu ku balas lagi, iya” aku besok mau bimbingan.” Piye, kapan kamu mau mulai bimbingan? “Tanyaku lewat sms”.
Besok deh kita bareng bimbingan, tapi aku nanti di ajari ya aang “jawab Lia”
Insyaallah na kalau aku bisa nanti ku bantu. Jawabku menangapi pertanyaan Lia.
Satu minggu itu aku rutin konsultasi ke pak Anwar. Ya, bersama temanku Erna aku rutin melakukan konsultasi. Tapi, kebawelan Lia mulai muncul yang selalu Tanya dan ngeyel terhadap apa yang di sarankan pak Anwar. Dengan sabar aku menangapi pertanyaan-pertanyaan Lia yang yang selalu ditanyakan kepada aku tatkala setelah selesai konsultasi ke pak Anwar. Setiap aku beritahu ke Lia tentang skripsinya pasti besoknya ditanyakan lagi tentang pertanyaanyang sama.
“Aang piye to iki, “Tanya Lia”.
“Lo, kemarin kan sudah di kasih tahu bahwa bla…bla….jawabku”
“Aku lupa lagi ang, piye iki”. “Balas Lia”
“Aku pun membalas. Ya sudah mending kamu beli buku aja tentang ………dan nanti kamu pelajari sendiri”.
“Ya, sudah deh besok aku beli bukunya. Tapi nanti tetep di ajari ya. “Tanya erna kembali”
Setelah dia beli buku yang aku saranin tadi. Masih belum di baca. Akhirnya terpaksa aku pinjam ku pelajari sendiri buku yang kemarin di beli oleh Lia. Tapi hanya sehari aku pinjam dan belum sempat ku baca semua sudah diambilnya.
Setelah ku kembalikan bukunya. Esok harinya setelah konsultasi ke pak Anwar masih menanyakan hal yang sama. Akhirnya erna ku tanyai.
Lo”na” bukanya bukunya sudah ku kembalikan masak kamu ga tau tentang teori ini dan itu. “Tanyaku sambil menyindir”.
Engak aang aku males bacanya, aku suka beli bukunya aja tapi malas bacanya. “Jawab Lia” he….sambil senyam senyum dengan paras wajah yang manis dan kelihatan cantiknya pada saat seyum. Tapi saat tidak senyumpun sahabatku erna tetap cantik. Ya, maklumlah memang dasarnya dia cantik, sudah dari sononya.
“Dasar kamu ini na sempat keluar dari mulutku…..”
Aku ga mau yang riber-ribet aang, yang penting aku bisa lulus dan mendapat gelar sarjana demi membahagiakan kedua orang tuaku. Jawab erna masih dengan senyuman manisnya. Ya, sudahlah kita kerjain bareng bareng aja ntar biar kita lulus bareng. “jawab ku” sambil tersenyum”.
Tak terasa aku dan erna sudah 4 kali dan erna 6 kali konsultasi masih belum di acc (disahkan) oleh pak Anwar. Aku pun tidak begitu aja putus asa, dan akhirnya saat aku konsultasi yang ke 5 baru proposal skripsiku di acc tapi sahabatku Lia belum juga di acc akhirnya dia marah, sebel yang membikin kecantikanya dia ga kelihatan. Akhirnya erna pun mengadu ke aku, "aang aku disaranin temanku Khotmi agar aku gertak dan rayu bapaknya biar cepat di acc" meniru ucapannya Lia pada saat itu". Wis ga popo wane’ wane’ karo dosenmu pesan Khotmi ke erna yang di teruskan Lia yang di ceritakan ke aku dengan logat bahasa jawa timurnya.
“Ku jawab” dasar kamu tu, memang kamu tu bawel ya na,”
“Di tanggapi Lia” dengan senyum dan ketawa-ketiwi………!”
Maka pada hari sabtu itu saran Khotmi di praktekan Lia dengan bicara ke pak Anwar ,
Pak skripsi saya kok ga di acc, revisi proposal terus. Mbok di acc biar cepet Tanya Lia ke pak Anwar. Tapi akhirnya proposal skripsi Lia di acc juga, mungkin karena ke bawelannya dia jadinya pak Anwar takut he………tapi ga juga mungkin pak Anwar sudah bosen dengan kebawelan Lia jadi di acc deh proposal skripsinya Lia.